Kesuksesan Hidup yang Hakiki

Selasa, 31 Juli 2012

Oleh : M.Subekhi
(PAC GP Ansor Genuk dan Redaktur Ansoruna)
 
Bagaimana kita memahami pengertian hidup sukses? Dari mana harus memulainya ketika kita ingin segera diperjuangkan? Tampaknya tidak terlalu salah bila ada orang yang telah berhasil menempuh jenjang pendidikan tinggi, bahkan lulusan luar negeri, lalu menganggap dirinya orang sukses. Seseorang yang gagal dalam menempuh jalur pendidikan formal belasan tahun lalu, tetapi saat ini berani menepuk dada karena yakin bahwa dirinya telah mencapai sukses. Mengapa demikian? Karena, ia telah memilih untuk menjadi wirausaha dan berusaha menempuh kediriannya tanpa adanya kebergantungan.

Harta, pangkat, kepopuleran dan jabatan, yang sering kali dijadikan tolak ukur kesuksesan, dalam praktiknya kerap menjerumuskan orang pada kesesatan. Sukses merupakan keberhasilan akan tercapainya sesuatu yang telah ditargetkan. Dalam pandangan Islam, kesuksesan tidak sekadar aspek dunia belaka, tapi menyentuh pula aspek akhirat.

Sukses menjaga kebersihan hati....
Jika seseorang sakit maka jalan pertama yang ditempuh yakni berobat baik membeli obat di apotik maupun pergi ke dokter. Orang sakit ada obatnya, begitu juga dengan penyakit hati, apa obatnya dan siapa dokternya. Maka peringatkan hati untuk dekat kepada-Nya, karena Ia adalah sumber kesembuhan.

Kita harus selalu menjaga hati dari illat-illat (penyakit-penyakit), seperti sombong, riya’, sum’ah, kibir, munafiq, hubbuddunya, yang meyebabkan lupa kepada Allah. Kebersihan hati merupakan hakikat diri manusia. Artinya, harga diri dan nilai diri manusia itu ditentukan oleh roh, akal dan nafsunya.

Hati berperan membentuk prilaku dan sikap, sehingga pribadi muslim memerlukan adanya pendidikan hati. Ia menjadi penentu baik atau tidaknya manusia itu bahkan penentu hidup mati manusia.

Artinya : “ Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.  Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". (asy Sams: 9-10)

Marilah sama-sama kita lihat mengapa terlalu pentingnya menjaga hati atau roh yang di antaranya seperti berikut:
1. Karena hati itu kekal atau dikekalkan, tidak seperti jasad lahir, ia binasa. Di Akhirat kelak, kebersihan hati yang akan dipertanggungjawabkan.

(semua manusia tidak akan selamat) kecuali orang-orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang sehat ( Asy- Syu’ara: 89)
2. Karena hati itulah yang akan menerima atau merasa nikmat atau azab bersama jasad barunya di Akhirat kelak. Hati adalah tempat berebut antara malaikat dan syaitan yang mana sama-sama ingin mengisi.
3. Karena hati adalah raja dalam diri. Kalau hati itu baik, ia akan arahkan tentera-tenteranya yaitu anggota lahir atau jawarih kepada kebaikan. Kalau ia jahat, ia akan arah tenteranya membuat kejahatan.

Sukses adalah yang mengalahkan musuh
Ingatlah, bahwa untuk mencapai kesuksesan harus melewati rintangan-rintangan yang berat,ujian-ujian yang banyak dan godaan-godaan yang besar. Sadarkah kita bahwa setiap diri kita memiliki musuh besar?.

Setiap musuh akab berusaha dan berkeinginan untuk menyesatkan dan mencelakakan. Mereka memiliki berbagai tipu-daya dan cara untuk mencapai tujuannya. Musuh yang kita tidak dapat melihatnya, sedangkan dia melihat kita. Musuh besar itu adalah setan!!
Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), Karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu Hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (Fatir : 6)

Tapi apakah kita benar-benar musuhnya syetan atau menganggap syetan adalah musuh kita...?. Sangat mengherankan syetan yang dianggap ‘musuh’ terkadang kita tidak menyadarinya telah berakrab-akrab dengannya, bahkan menjadikan musuh itu idolanya, hobinya musuh adalah hobinya kita juga, syair lagunya adalah lantunan kita..

Remaja lebih suka mendengarkan musik lagu-lagu dangdut, kemana...kemana... kemana... atau iwak teri...iwak teri bahkan sampai hapal seratus prosen, padahal lagu-lagu itu jelas-jelas tidak membawa manfaat sama sekali terhadap kejenihan hati, bahkan mengajakk untuk lupa kepada Allah. Sementara itu orang tua membiarkan dan tanpa mempedulikan terjerumusnya hati anak-anaknya dari jeratan syetan.

Jadi, setan tidak akan mengakali kita kecuali lewat hawa nafsu. Sedangkan nafsu mempunyai tiga macam tabiat, yakni :
Pertama, hawa nafsu itu senang akan penghargaan, pujian, kemuliaan, kehormatan, dan harga diri. Setan senantiasa akan memperdaya diri kita melalui harga diri dan kehormatan. Dari hari ke hari kita akan disibukkan oleh tipuan setan tersebut sehingga tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan uang berapapun hanya karena ingin dihargai manusia tanpa peduli bagaimanan pertimbangan hisabnya di akhirat kelak.
           Menjaga penampilan sesuai dengan etika muslim, karena Allah mencintai orang yang bersih dan suci. Bahkan Syeikh Abdul Qadir, seorang tokoh tasawuf dan ulama salaf, kalau bepergian selalu menjaga kebersihan dan penampilan. Akan tetapi, ia benar-benar memperhitungkan timbangan hisabnya. Oleh karena itu, supaya kita tidak terjerumus menjadi orang yang sombong dan takabur, kuncinya adalah tawadhu yang datang dari kerendahan hati.

Kedua, setan selalu membisiki kita agar mengumbar nikmat. Semua indera kita ini memang sangat senang akan aneka nikmat, seperti nikmat syahwat, makanan, keindahan, perkataan, dan lain-lain.

Ketiga, hawa nafsu paling malas kepada taat. Setan pasti akan selalu memperdaya agar malas kepada taat. Shalat malas, pergi ke masjid malas, apalagi tahajud, sangat enggan untuk bangun tidur. Baca Qur’an malas. Kalau pun kita bershidqah, pasti akan dibisiki setan agar menjadi riya.

Nah, untuk memblokade bisikan setan tersebut, usahakanlah kita selalu segera berbuat hal sebaliknya dari yang diingini si malas. Bila kita mendengar adzan berkumandang, maka usahakanlah sekuat tenaga menunda atau menghentikan pekerjaan yang sedang digarap, untuk kemudian lekas-lekas pergi ke masjid.

Menggunakan sepertiga akhir malam untuk mendirikan shalat tahajud karena dengan tahajud hidup kita akan terpelihara dalam kemuliaan. Setiap pagi usahakan menyediakan rizki untuk diinfaqkan karena dengan infaq kita akan tertolak dari bencana dan mati dalam keadaan suul khatimah. Usahakan pula kita selalu membawa Qur’an kecil untuk dibaca sewaktu-waktu di sela-sela pekerjaan kita. Semua ini merupakan ikhtiar kita dalam menghadang gempuran-gempuran setan yang memang tak kenal lelah.

            Ingatlah bahwa setan hanya mampu mempengaruhi kita dengan bisikan. Tak ada setan yang menerkam kita. Oleh karena itu, bila muncul rasa malas untuk beribadah, itu berarti bisikkan setan tengah merasuk menguasai hati. Segeralah lawan dengan segenap kemampuan dengan cara melakukan ibadah yang dimalaskan tersebut. Sekali lagi, bangun dan lawan!
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Warta Sciena
Copyright © 2011. Warta Sciena - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Warta Sciena
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani