Pendidikan Agama Islam dalam Himpitan Kapitalisme

Rabu, 01 Agustus 2012

Oleh: Shofa Muthohar 
(Dosen Sekolah Tinggi Muhammadiyah Blora)

Pendidikan agama yang harus tetap murni dalam perubahan. Bagian mana yang harus tetap dan bagian mana yang bisa berubah, merupakan dua sisi yang tidak mudah untuk memilahnya. Hal ini membutuhkan daya kritis dan keberanian memilih sebelum terlambat. Jangan sampai kita sebagai guru sibuk memilihnya, mana bid’ah dholalah, mana kopiah arab dan mana kopiah cina, rambut mana yang dicukur dan mana yang di panjangkan dan lain-lain,  namun siswa kita sudah tenggelam dalam arus globalisasi dan jauh meninggalkan kita tanpa dibekali dengan hal-hal yang mendasar dari agama. 

Hal ini merupakan Pekerjaan Rumah (PR) yang besar bagi para guru PAI adalah menjadikan pendidikan agama Islam sebagai keungulan Internasional yang akan mendorong generasi muslim untuk menang dalam persaingan global. Kenestapaan manusia modern yang sedang putus asa, di kendalikan oleh tekhnologi dan keserakahan kapitalis. Bisakah kiranya guru agama sekarang memunculkan generasi yang menguasai bahkan mencipta tekhnologi namun di kendalikan dengan iman dan amal soleh. Tentu akan menghasilkan tata sosial yang berbeda. Lebih maju dan lebih santun tentunya karena di dalam Islam, tekhnologi hanya sebagai alat bukan sebagai tujuan. Sedangkan paradigma pengembangan tekhnologi yang sekarang ada, telah menjadikan tekhnologi sebagai tujuan dan komoditas utama dalam rangka menuruti keserakahan kapitalisme. 

Kalaupun maksud besar itu sulit dicapai, setidaknya anak didik kita akan tetap memahami Islam dan menjadikannya sebagai nilai-nilai yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari sekaligus mampu survive dalam kehidupan globalisasi yang penuh kompetisi. 

Melihat karakter globalisasi yang sudah di kemukakan diatas setidaknya pengelolaan pembelajaran agama Islam ke depan harus bisa menjawab enam tantangan globalisasi tersebut.  
  • Menampilkan keunggulan
  • Mobilitas tinggi
  • Penguasaan Tekhnologi
  • Mampu menyedot perhatian dunia.
  • Bisa mengarahkan budaya global seperti nilai-nilai demokrasi, pluralisme, toleransi, dan hak-hak asasi manusia.
  • Memproduksi siswa/mahasiswa yang Kompetitif, efektif, efisien. 
Untuk memenuhi tantangan global tersebut maka guru harus bisa menyesuaikan diri dengan pola pengajaran baru di era global. Pola pengajaran baru yang menyiapkan anak didik untuk menang dalam kehidupan global. Pola baru tersebut setidaknya memenuhi hal hal sebagai berikut : 
1.      Pola Pembelajaran Guru harus berubah dari Teacher Centre ke Student Centre. sadar bahwa siswa kita sudah mempunyai sumber belajar yang sama dengan di gunakan oleh gurunya. Sehingga guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi dan pusat pembelajaran, karena sudah tersedia sumer lain yaitu perpustakaan yang lengkap dan internet. Pola pengajaran tradisional dengan metode ceramah yang menempatkan siswa sebagai subyek yang pasif harus digeser dengan peran-peran guru sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator dalam pembelajaran. 

Prubahan pola pembelajaran ini harus diarahkan untuk membentuk siswa didik menjadi manusia global dengan kepribadian (1) unggul, (2). Menguasai bahkan mencipta tekhnologi, (3). Menyedot perhatian dunia dengan kreatifitasnya (4). Kompetitif, efektif dan efisien. 

2.      Materi Pembelajaran Agama Islam harus di permudah. Perubahan sistematika aqidah, syariah dan akhlak yang kalau dijabarkan maka akan penuh dengan materi dan sejarah. Segudang materi yang harus di hafal meliputi ayat dan hadits diperumit lagi dengan perbedaan madzhab yang mengungkung yang dapat menjadikan anak semakin terbebani namun belum memberdayakan. 

Maka sudah saatnya kita memberikan materi pendidikan agama Islam dengan menggunakan Madzhab Global. Yaitu madzhab Islam yang memberikan kemudahan dalam beragama, mendinamisir kehidupan dan mendorong kreatifitas berkarya secaara maksimal di bidangnya masing-masing. Karena di era global, masyarakat tidak lagi peduli untuk melihat mazhab dibalik baju-baju keagamaan, melainkan mereka hanya akan melihat siapa yang paling produktif dan menang dalam persaingan. 

Perubahan materi ini akan mendukung siswa menjadi manusai global yang kepribadian (1). Mobilitas tinggi; (2) Menguasai budaya global demokrasi, pluralis dan toleran. 

Dengan minimal dua perubahan tersebut, maka diharapkan bagi guru agama untuk dapat mentransformasikannya dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran agama Islam dalam sinergi dan memunculkan generasi pemenang dalam era globalisasi. 

Sikap Guru ditengah Arus Globalisasi 
 Dengan melihat perbagai perubahan diatas, sikap guru di tengah arus globalisasi hendaknya bisa menempa diri untuk menyiapkan segala kekuatan dalam menyiapkan peserta didik menjadi pemenang.
1.      Menguasai tekhnologi informasi
2.      Selalu meng up date keilmuannya dengan perkembangan global agar dapat berfungsi sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator yangbaik bagi siswanya. Dalam bahasa Dedi Supriyadi, guru tampil tidak lagi sebagai pengajar (teacher) melainkan sebagai pelatih (coach), konselor, manajer belajar, partisipan, pemimpin dan pelajar.[1]
Kesediaan diri MERUBAH POSISI DAN STRATEGI untuk menjadi pathner, instruktur dan supprorter bagi siswanya menuju siswa yang mandiri, sportif, aktif dinamis dan mempunyai mobilitas tinggi

[1] Dr. Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Adi Cita Karya Nusa, Yogyakarta 1998, hlm.334-335
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Warta Sciena
Copyright © 2011. Warta Sciena - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Warta Sciena
Present by Rumah Pendidikan Sciena Madani